Sesungguhnya bukanlah perkara yang gampang untuk membuat relasi persahabatan karena Allah dengan seseorang. Relasi tersebut bukanlah barang yang bisa dibeli…akan tetapi itu adalah anugerah dari Allah dengan sebab usaha pendekatan karena iman.
Karenanya hendaknya kita berusaha untuk menjaga jalinan persahabatan. Yang perlu diingat adalah janganlah kita menganggap sahabat kita adalah malaikat yang tidak pernah bersalah, sehingga setiap kali ia berasalah lantas kita mencelanya. Sikap seperti ini adalah bentuk perenggangan bahkan bisa jadi pemutusan persahabatan, serta bentuk “kurang penghargaan” terhadap karunia relasi persahabatan tersebut yang merupakan anugerah Allah.
Basyaar bin Burod berkata :
إِذَا كُنْتَ فِي كُلِّ الْأُمُوْرِ مُعَاتِبًا ….. صَدِيْقَكَ لَمْ تَلْقَ الَّذِي لاَ تُعَاتِبُهُ
Jika Engkau pada setiap perkara selalu mencela sahabatmu…
Maka engkau tidak menemukan sahabat yang tidak kau cela
فَعِشْ وَاحِدًا أَوْ صِلْ أَخَاكَ فَإِنَّهُ …… مُقَارِفُ ذَنْبٍ مَرَّةً وَمُجَانِبُهُ
Jika demikian maka hiduplah engkau sendirian…
Atau jalinlah persahabatan dengan saudaramu karena sesungguhnya ia terkadang melakukan kesalahan dan terkadang menjauhi kesalahan
(Lihat Taariikh Baghdaad 7/610, tahqiq Basyaar ‘Awwaad)
Ia juga berkata :
وَمَنْ ذَا الَّذِي تُرْضِي سَجَايَاهُ كُلُّهَا …… كَفَى بِالْمَرْءِ نُبْلاَ أَنْ تُعَدَّ مَعَايِبُهُ
Dan siapakah yang seluruh perangainya menyenangkan (orang lain)….??
Cukuplah seseorang dikatakan mulia jika aibnya masih terhitung
Yang lain berkata :
تُرِيْدُ صَاحِبًا لاَ عَيْبَ فِيْهِ ….. فَهَلِ الْعُوْدُ يَفُوْحُ بِلاَ دُخَانِ؟
Engkau ingin memiliki seorang sahabat yang tidak ada kesalahannya sama sekali??
Maka apakah kayu gaharu bisa mengeluarkan harum wanginya tanpa ada asapnya??
Hendaknya kita bersabar dengan kesalahan sahabat kita dengan tetap berusaha menasehatinya….
Akhirnya….selamat menjalin persahabatan karena Allah, semoga Allah mencintaimu karena persahabatanmu tersebut.